Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Nurul Ikhsan
ASIASATU.com – Tidak banyak presiden dari satu negara di belahan dunia yang berasal dari seorang praktisi intelijen. Vladimir Vladimirovich Putin yang saat ini menjabat Presiden Rusia merupakan presiden dengan masa jabatan terlama kedua di Eropa setelah Presiden Belarus Alexander Lukashenko. Ia lahir pada 7 Oktober 1952, di Leningrad, Republik Sosialis Federatif Soviet Rusia, Uni Soviet, atau sekarang Saint Petersburg, Federasi Rusia.
Putin menjadi Presiden Rusia sejak 7 Mei 2012. Sebelum menjabat Presiden, Putin sebelumnya menjadi Perdana Menteri dari 1999-2000, selanjutnya Presiden dari 2000 sampai 2008. Ia kembali menjadi Perdana Menteri dari 2008-2012. Di masa jabatan keduanya sebagai Perdana Menteri, Putin menjadi Ketua Partai Rusia Bersatu, dikutip Asiasatu.com dari berbagai sumber.
BACA JUGA : Mengenal KH As’ad Said Ali, Tokoh Intelijen Dunia Berlatar Belakang Santri
Semasa menjabat kepresidenan pertama Putin, ia berhasil mengangkat perekonomian Rusia tumbuh selama delapan tahun. GDP yang diukur dalam kemampuan berbelanja juga meningkat hingga 72%.
Tumbuhnya ekonomi yang berhasil dibangun Putin hasil dari bom komoditas pada erah 2000-an, dan meningkatnya harga minyak. Selain itu, Putin juga menerapkan kebijakan fundamental ekonomi dan fiskal. Perekonomian Rusia ikut terhantam akibat krisis ekonomi dunia pada medio 2008-2009. Krisis ekonomi berimbas anjloknya harga minyak dan oil prices. Selain itu, Rusia juga harus menerima sanksi-sanksi dari negara-negara barat pada 2014 setelah aneksasi Krimea oleh Rusia, dan intervensi militer di Ukraina Timur yang memaksa GDP turun hingga 3.7% pada tahun 2015.
BACA JUGA : Masyarakat Papua Deklarasikan Dukungan untuk KH Asad Said Ali Maju Jadi Capres 2024-2029
Sepanjang karirnya, Putin mendapatkan tingkat persetujuan domestik dan asing yang sangat tinggi. Pada 2015, Putin diganjar oleh Majalah Time menduduki urutan 1 dalam Daftar Tokoh Paling Berpengaruh. Pada 2013, 2014, dan 2015, ia juga menempati urutan 1 Daftar Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia menurut Forbes.
Sebelum menjadi orang nomor satu di negara adidaya Rusia, Putin dikenal sebagai tokoh intelijensi asing KGB selama 16 tahun. Ia naik pangkat menjadi Letnan Kolonel sebelum pensiun pada 1991 untuk masuk panggung politik di kampung kelahirannya, Saint Petersburg.
Pada 1996, ia pindah ke Moskwa untuk bergabung dengan pemerintahan Presiden Boris Yeltsin. Saat Yeltsin mengundurkan diri, Putin cepat meraih berbagai jabatan penting, dan menjadi Pelaksana Jabatan pada 31 Desember 1999.
Ketokohan Putin di panggung politik dan pemerintahan mengantarnya memenangkan pemilihan presiden 2000 dengan perolehan suara 52% sampai 30%, mengalahkan lawannya dari Partai Komunis, Gennady Zyuganov. Putin terpilih kembali menjadi Presiden pada 2004 dengan perolehan suara sejumlah 72%.
Menurut Pengamat Geopolitik Internasional Haerudin Gani dari Assat Politic Institute, saat ditemui Asiasatu di Jakarta beberapa waku lalu mengungkapkan, seorang Presiden berlatar belakang intelijen seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, menurutnya memiliki banyak kelebihan, dan sangat dibutuhkan oleh pemerintahan sebuah Negara, tak terkecuali di Indonesia.
Tak hanya menguasai geopolitik kawasan, tentunya seorang intelijen dituntut mampu memetakan berbagai kebijakan strategis di bidang politik, ekonomi, sosial, hubungan luar negeri, pertahanan negara, dan kebijakan strategis nasional lainnya.
“Indonesia harus di pimpin oleh sosok calon Presiden dari tokoh intelijen dunia. Tentunya tak hanya sebagai agen intelijen negara dengan puluhan tahun pengalaman panjangnya bertugas dalam misi-misi intelijen penting internasional, tokoh tersebut juga pernah menduduki pimpinan di Badan Intelijen Negara lebih dari lima tahun, sehingga mampu dan teruji dari aspek leadership dan sebagai decision maker. Tokoh intelijen dunia itu yaitu Asad Said Ali,” tandas Haerudin Gani.
Lebih lanjut, Haerudin yang pernah menimba ilmu politik dan perdagangan di China, Korea Selatan, Taiwan dan Kanada ini menilai, Asad Ali diketahui memiliki sikap dan komitmennya yang tinggi dalam membangun bangsa. Putin yang menjabat Presiden Rusia dari intelijen, tentunya Indonesia juga memiliki Asad Ali tokoh intelejen dunia yang juga seorang ulama. Menurut Haerudin, ia optimis Asad Ali bisa diterima oleh semua elemen bangsa untuk diberikan kesempatan memimpin bangsa ini.
“Asad Ali memiliki kapasitas dan ketokohannya memenuhi syarat untuk maju menjadi Capres di Pemilu 2024. Ia juga menjadi representasi dari harapan rakyat di tanah air ini yang ingin adanya perubahan pimpinan nasional yang mampu menjadikan Indonesia sebagai negara besar dan disegani di forum-forum dunia,” pungkasnya.