Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Nurul Ikhsan
ASIASATU.com, Jakarta – Widasroom baru saja merilis single ke-6 bertitel let the tears be the prayer. Lewat lirik dan musik, Widasroom ingin berbagi cerita ke ruang publik tentang pergulatan emosi, keputus-asaan dan khidmatnya meminta pertolongan kepada sang maha kuasa, Tuhan pemilik semesta alam.
Menawarkan musik berirama alternatif ballad dengan pengaruh Britpop layaknya Oasis dan Suede, lirik dari single hits let the tears be the prayer ternyata terinspirasi dari sebuah ayat dalam kitab suci Al-Qur’an yang berbunyi “…Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (50:16)”.
BACA JUGA : Slowanderer Tampilkan Musik Tropical House di Debut You Should
Produser kawakan DJ Sumantriyang telah banyak menyabet berbagai penghargaan bergengsi seperti AMIAwards inididaulat sebagai produser. DJ Sumantri juga sukses memproduseri sejumlah musisi kenamaan di tanah air seperti Agnes Monica, Cinta Laura, dan Glenn Fredly.
Lagu ini ditulis oleh Widi Asmoro, dibantu oleh kolaborator regulernya Ong Jean Wei dan Dwi Yanto Nugroho. Sementara itu, sampul dari single ini adalah sebuah lukisan yang dibuat pelukis muda berbakat,Anzi Matta dan berjudul A Sad Comedian.
BACA JUGA : Bersama Aksan Sjuman, The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Antologi Musik Indonesia
“Waktu itu sedang saya dalam kesulitan namun tidak punya kata-kata untuk melukiskan kondisi saya saat itu. Rasanya seperti mau menangis. Lalu saya berkonsultasi dengan konselor dari Rumah Remedi dan muncullah kata-kata ini,” terang Widi tentang lagunya.
“Karena saya orangnya tidak hapalan, saya bikinin lagu aja biar terus ingat. Dan semoga buat yang mendengarkan juga dapat membantu mengingat bila sedang putus asa, ada Yang Maha Kuasa yang dapat membantu,” ujarnya.
Widasroom adalah proyek musik dari Widi Asmoro yang saat ini berdomisili di Singapura. Sebelumnya ia dikenal sebagai bagian dari band indie Everybody Loves Irene yang sempat berkeliling Asia pada era 2000an. Topik yang diangkat dalam proyek musik solonya adalah seputar kondisi rumah-tangga, kesehatan mental dan juga dinamika kehidupan sebagai pekerja migran.