Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Nurul Ikhsan
ASIASATU.com, Jakarta – Perjalanan panjang selama puluhan tahun melaksanakan penugasan di negara-negara timur tengah sebagai intelijen profesional membawa KH As’ad Said Ali banyak mengenal berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari tokoh pemerintahan, tokoh militer, tokoh pergerakan, tokoh pemuka agama hingga mengenal dekat tokoh-tokoh pimpinan setiap suku di setiap negara penugasan.
Pergaulan yang luas mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini selama bertugas tentunya banyak meninggalkan pengalaman dan kesan mendalam, selain luasnya jaringan kerja yang berhasil dia bangun selama penugasan, dan jaringan itu terus ia rawat hingga pensiun dari BIN.
BACA JUGA : Mantan Wakil Kepala BIN Minta Para Elit dengarkan Suara Nurani Rakyat
Kepada media, As’ad Said Ali menceritakan satu kisahnya saat dirinya mendapat pemberian sebuah pedang arab. Pedang itu didapat dari karibnya di Arab Saudi yang seorang anggota Pasukan Kharis Al Watani atau pengawal bangsa yaitu Natsir Al Ghahtani, putera dari kepala suku Al Ghahtani (Nejed).
Ayahnya Natsir yang saat itu Kepala Suku Gahthani (1985) berpesan bahwa pedang adalah simbol kehormatan diri dan suku/klan. Pedang atau senjata tidak bisa membunuh, tapi pemegang pedanglah yang bisa membunuh. Diceritakan As’ad, dalam hukum kami nyawa harus dibalas nyawa, muruah. Seorang teman baiknya mengatakan bahwa orang Arab sangat menyukai orang Indonesia. Biasanya orang arab menyebut Indonesia dengan Jawi.
BACA JUGA : Catatan As’ad Said Ali: Pancasila dan Penodaan Agama
Kyai As’ad tidak merinci secara detail bentuk dan bahan yang dipakai dalam pedang tersebut, apakah hanya terbuat dari bahan besi baja terpilih yang ditempa dengan motif ukiran yang khas dan dilapisi emas murni. Namun ia memastikan ada pesan-pesan khusus dari fisik pedang tersebut yang hanya bisa diartikan oleh dirinya sebagai intelijen santri.
“Lama saya tidak menyentuh pedang tersebut. Habis olahraga tiba-tiba teringat Natsir Al Gahtani. Saya mengambil dan membersihkan kenangan sangat berharga. Kebetulan seorang teman saya dari Arab Saudi dua hari lalu via HP menasehati saya agar hati-hati Al Qaeda telah membaiat qoid (komandan) baru yaitu Saif Al Adil, mantan kolonel Pasukan Khusus Mesir yang membelot ke Al Qaeda,” kata As’ad Said Ali kepada awak media, Minggu (27/8/2023).
BACA JUGA : Mengenal KH As’ad Said Ali, Tokoh Intelijen Dunia Berlatar Belakang Santri
Dikatakan As’Ad, Saif Al Adil adalah perancang dan komandan lapangan Al Qaeda yang meledakkan Kedubes Amerika Serikat di Naerobi, Kenya, dan Daressalam di Tanzania pada tahun 1998. Peledakan bom pertama dan kedua oleh Al Qaeda terjadi pada hari dan jam yang sama. ***