Pewarta : Heri Taufik | Editor : Nurul Ikhsan
ASIASATU.com, Jakarta – Kawasan ASEAN berpotensi menjadi jangkar stabilitas perekonomian global, sebab Kawasan ini terus menunjukkan lintasan pertumbuhan yang menjanjikan. Sepanjang 2023, pertumbuhan PDB ASEAN akan berada di angka 4,6%, dan di 2024 diproyeksikan akan mencapai 4,8%. Pertumbuhan PDB tersebut diperkirakan akan sepenuhnya kembali ke tingkat sebelum pandemi pada tahun ini dengan variasi antar negara.
Pada sisi lain, inflasi regional diperkirakan akan melambat namun tekanan harga akan bervariasi antar negara pada tahun 2023. Foreign direct investment (FDI) dalam bidang manufaktur di ASEAN telah meningkat dua kali lipat selama dekade terakhir, bahkan melampaui Tiongkok.
BACA JUGA : Kolaborasi WikiExport.JP Kadin Indonesia Dorong UMKM ASEAN Miliki Akses Pasar Ekspor ke Jepang
Di sela-sela ASEAN Business and Investment Summit 2023, Jakarta (3/9), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengadakan pertemuan bilateral dengan Council Members dari ASEAN Business Advisory Council (BAC) Malaysia. Delegasi Malaysia dipimpin oleh Deputy Chairman ASEAN-BAC Malaysia yakni Tan Sri Tony Fernandes, dengan didampingi Council Member Lim Chern Yuan, Executive Director ASEAN-BAC Malaysia Jukhee Hong, serta perwakilan dari beberapa perusahaan besar Malaysia. Berbagai hal dibahas dalam pertemuan tersebut, antara lain tentang perdagangan dan sistem pembayaran lintas batas, serta perkembangan kendaraan listrik (EV).
“Kawasan ASEAN memiliki sumber daya energi alami yang besar sehingga dapat mendorong permintaan energi global, dan ini merupakan keuntungan besar bagi ASEAN. Sebagai bagian dari sustainability, kita juga harus mendorong adanya carbon credit market di ASEAN. Kemudian, pekerjaan rumah kita ke depannya adalah mengembangkan industri hilir sebagai titik kunci dalam rantai pasok global,” jelas Menko Airlangga.
Perekonomian digital di ASEAN diproyeksikan akan meningkat hingga mencapai sekitar USD330 miliar pada 2025. Apalagi didukung akan terimplementasinya ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) di tahun 2025 tersebut ketika Keketuaan ASEAN akan dipegang oleh Malaysia.
ASEAN juga perlu mengambil keputusan strategis yang berdampak. Bidang-bidang strategis yang pernah dibahas dalam Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN sebelumnya yakni antara lain tentang bagaimana mendorong pertumbuhan lanskap kendaraan listrik ASEAN. Indonesia tertarik untuk melakukan hilirisasi sumber daya alam seperti nikel dan tembaga, serta memiliki fasilitas produksi baterai untuk kendaraan listrik.
Selanjutnya adalah bagaimana memperkuat hubungan perdagangan dan investasi regional, mendorong tindakan pembangunan berkelanjutan yang kolaboratif yaitu misalnya dengan meluncurkan proyek energi ramah lingkungan seperti pembangkit listrik tenaga surya, dan menghubungkan ASEAN melalui alat strategis dan sistem pembayaran QR Regional.
“Nantinya, masyarakat Indonesia yang bepergian ke Malaysia, Thailand, Singapura maupun negara-negara ASEAN lainnya akan bisa melakukan pembayaran dengan QR. Kalau di Indonesia sendiri telah dipergunakan QRIS secara luas di banyak merchant. QRIS dikembangkan oleh Bank Indonesia, dan saat ini nilai transaksinya terus meningkat,” imbuh Menko Airlangga.
Menko Airlangga mengungkapkan bahwa fokus utama ASEAN-BAC adalah melakukan fasilitasi perdagangan, fasilitasi investasi, dan menarik FDI. Selain itu, juga harus mampu mendorong terlaksananya prioritas-prioritas utama untuk memperkuat perdagangan dan investasi intra-ASEAN. Indonesia sendiri akan mempermudah proses customs dengan membuat sistem digital yang terintegrasi di antara kementerian/lembaga terkait atau biasa disebut e-goverment.
Di lain pihak, Tan Sri Tony Fernandes juga mengatakan, “Kami sangat excited soal ASEAN, soal Indonesia. Kami harus memuji Pemerintah Indonesia, di mana hal ini membuka mata kita semua bahwa Indonesia sangat progresif (dari sisi ekonomi), juga sangat terbuka serta transparan (dari sisi pemerintahan),” ungkap Tony.