Pewarta : Heri Taufik | Editor : Nurul Ikhsan
ASIASATU.com, Jakarta – Pemberangakatan misi haji Indonesia tinggal menghitung hari. Merujuk pada jadwal resmi yang telah dirilis Kementerian Agama gelombang pertama akan diberangkatkan pada 12 Mei 2024. Ribuan calon Jemaah akan meninggalkan tanah air menuju tanah suci di Arab Saudi.
Musim haji tahun ini tercatat sebagai misi haji terbesar dengan jumlah 241 ribu jemaah yang biasanya kuotanya sebebanyak 221 ribu. Terdiri dari 213.320 jemaah regular dan 27.680 jemaah haji khusus, dimana didalamnya terdapat 40 ribuan jemaah lansia.
BACA JUGA : Kuota Indonesia Terpenuhi, Kemenag Himbau Jamaah Waspada Penipuan Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji
Dengan situasi tersebut maka penyelanggaran haji tahun ini tidaklah mudah, memiliki tantangan yang tidak ringan. Oleh sebab itu Komnas Haji meminta pemerintah agar lebih serius dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini sehingga bisa berjalan baik, aman dan nyaman bagi Jemaah menjalankan semua prosesi beribadah.
Tragedi di Muzdalifah pada tahun 2023 lalu yang membuat ribuan jemaah merana dan sengsara karena terpanggang terik matahari berjam-jam-jam dari pagi hingga siang hari bahkan menyebabkan sejumlah Jemaah meninggal tidak boleh terulang di tahun ini. Terlebih prosesi mabit di Muzdalifah merupakan rangkaian puncak haji yang semestinya mendapatkan perhatian khusus dan merupakan titik krusial. Karena itu, area Muzdalifah pada tahun ini mesti mendapatkan perhatian khusus dari penyelenggara.
BACA JUGA : Kemenag Rilis Jadwal Pemberangkatan dan Pemulangan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei
Untuk diketahui, penyelenggaraan ibadah haji 2023 yang semula berjalan baik dan lancar tiba-tiba saja ambyar, penuh jeritan dan tangis karena menjadi tragedi. Ribuan jemaah yang bergerak dari Arafah untuk malaksanakan mabit di Muzdalifah semestinya harus segera dijemput bus lalu bergerak ke Mina untuk persiapan lempar jumrah, ternyata lambat dievakuasi oleh armada perusahaan dari Masyariq selama berjam-jam dengan alasan karena terjebak kemacetan hebat.
Akibatnya ribuan Jemaah Indonesia tertahan di Muzdalifah yang minim tempat berteduh terpanggang matahari yang sangat terik, terlebih tidak ada suplay air dan makanan. Sehingga terpaksa ada yang bertahan dengan mengandalkan bekal seadanya bahkan sampai harus mengais air minum bekas. Banyak yang tidak kuat karena suhu yang begitu panas terutama para lansia. Ada yang pingsan, ada pula yang meninggal dunia.
Tragedi di Muzdalifah tentu saja berimbas bagi daya tahan dan kesehatan jemaah karena harus segera ke Mina, terlebih mereka mesti melanjutkan prosesi lempar jumrah di Jamarat bolak balik tiga kali yang jaraknya beberapa kilometer. Sehingga banyak jemaah yang ambruk dan jatuh sakit. Memang peristiwa ini bukan sepenuhnya tanggungjawab pemerintah, melainkan itu tanggungjawab perusahaan penyedia transportasi di Arab Saudi.
Oleh sebab itu, atas tragedi 2023 tersebut pemerintah harus tegas dan zero telorance terhadap perusahaan penyedia layanan transportasi, dengan alasan apapun tidak boleh terjadi lagi tragedi Muzdalifah maupun ditempat-tempat lain yang menjadi titik krusial. Karena bukan saja ibadah menjadi tidak nyaman tetapi menyebabkan persoalan kesehatan bahkan kematian.
Jika melihat desain persiapan haji 2024 yang lebih matang dan suda disiapkan lebih dini, Komnas Haji optimis tahun ini bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Terlebih, penyelenggaraan haji 2024 ini merupakan prosesi haji terakhir bagi kabinet Presiden Joko Widodo yang akan berakhir Oktober mendatang, karenanya sudah seharusnya mendapatkan perhatian spesial.